Pagi 26 Desember 2004 itu Delisa akan melaksanakan ujian praktek hafalan shalatnya. Dengan raut wajah tegang, memucat, Delisa mengangkat tangan kecilnya yang gemetar, namun mantap hatinya berkata: Delisa akan khusyu'. 'Allaahu-akbar'lantai laut retak seketika. Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat.
sbQDsZ. Hafalan Shalat Delisa adalah novel karya Tere Liye yang menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Delisa yang tinggal di desa terpencil di Indonesia. Delisa adalah anak dari seorang imam masjid yang sangat mengajarkan nilai-nilai agama pada Delisa dan seluruh penduduk desa. Cerita dimulai saat gempa bumi besar melanda desa Delisa dan menghancurkan masjid tempat ayahnya beribadah. Delisa harus menemukan kekuatan dan keyakinan dalam dirinya sendiri untuk menghadapi kejadian tragis ini dan membantu para penduduk desa yang terdampak bencana. Cerita Novel ini mengisahkan perjalanan hidup Delisa yang penuh dengan cobaan dan ujian. Delisa harus kehilangan ayahnya dalam bencana gempa bumi dan tsunami tersebut. Namun, Delisa tidak kehilangan kepercayaan pada Allah dan terus menguatkan iman serta keyakinannya melalui shalat. Hal ini terlihat dari judul novel tersebut, yaitu “Hafalan Shalat Delisa”. Cerita dalam novel ini sangat menyentuh dan mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan. Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari novel ini, seperti kekuatan iman, rasa persaudaraan, dan kegigihan dalam menghadapi cobaan hidup. Karakter Delisa Delisa adalah karakter utama dalam novel ini. Meski masih kecil, Delisa memiliki kekuatan iman yang besar dan mampu memotivasi para penduduk desa untuk tetap bertahan dan melawan rasa putus asa. Delisa juga sangat mencintai keluarganya dan selalu berusaha membantu mereka. Karakter Delisa sangat menginspirasi dan membuat pembaca terkesan. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat sederhana dan mudah dipahami. Tere Liye mampu menggambarkan keadaan dan perasaan Delisa dengan sangat detail dan menyentuh. Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh siapa saja, bahkan bagi mereka yang tidak terlalu suka membaca. Kesimpulan Secara keseluruhan, novel Hafalan Shalat Delisa adalah karya yang sangat inspiratif dan menyentuh. Cerita yang terjadi dalam novel ini sangat menggugah hati dan membuat pembaca menjadi lebih menghargai hidup. Karakter Delisa yang kuat dan penuh semangat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. Oleh karena itu, novel ini sangat layak untuk dibaca dan dijadikan sebagai referensi dalam kehidupan sehari-hari.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hafalan Shalat Delisa merupakan novel karya Darwis atau lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye, adalah seorang penulis novel tanah air yang selalu memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri dari penulis lainnya. Novel yang berjudul Hafalan Shalat Delisa ini merupakan novel terbitan pertama tahun 2005 oleh Penerbit Republika di Jakarta, dengan tebal buku sebanyak 248 halaman. Novel ini menjadi novel best seller dan ceritanya berhasil diangkat ke layar lebar. Novel ini termasuk dalam kategori novel ini menceritakan kisah seorang anak bungsu berumur enam tahun bernama Delisa. Delisa memiliki keluarga yang lengkap, Ummi, Abi, kakak kembarnya yang bernama Aisyah dan Zahra, serta kakaknya yang paling sulung bernama Fatimah. Abinya bekerja di kapal dan akan kembali setelah beberapa bulan ke kota Lho Nga. Anak-anak itu bersama Umminya di rumah. Mereka sangat patuh menjalankan ibadahnya kepada sang khalik. Setiap siang anak-anak pergi mengaji di Tempat Pengajian anak TPA juga tidak pernah meninggalkan kewajiban shalatnya. Tetapi Delisa karena ia masih sangat kecil, ia masih perlu banyak belajar terutama mengenai hafalan berusaha keras menghafal bacaan shalat agar dia bisa mendapatkan sebuah kalung dari ummi-nya sebagai hadiah. Ketiga kakak Delisa pun telah menyiapkan kejutan untuk Delisa. Namun sayangnya, di hari Delisa diuji hafalan bacaan shalat, gempa dan tsunami datang meluluh lantahkan kota Lhok Ngah. Ketiga kakak Delisa meninggal dalam peristiwa itu. Sedangkan ummi Delisa tidak diketahui keberadaannya. Seluruh kota Lho Nga luluh lantak, tidak ada satupun yang tersisa. Berita bencana tersebut menyebar ke seluruh pelosok negeri dan mengagetkan seluruh dunia. Sampailah berita itu ke telinga Abinya yang berada jauh dari bencana itu terjadi. Delisa selamat dari bencana itu. Namun Delisa harus kehilangan salah satu kakinya. Walaupun berbagai cobaan datang menghimpit dan Umminya pun belum diketahui dimana keberadaannya, sedangkan jasad kakak-kakaknya sudah dikebumikan semua. Delisa tetap tabah dan sabar. Bersama Ayahnya ia kembali membangun rumahnya. Ia masih tetap ceria seperti dulu. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal hati Delisa. Dia tidak bisa menghafal kembali bacaan shalatnya. Sekeras apapun dia mencoba, dia tetap tidak bisa. Pada akhirnya Delisa mengetahui apa yang menyebabkan dia tidak bisa menghafal bacaan shalatnya. Sedikit demi sedikit, Delisa mengahafal kembali bacaannya. Kota Lho Nga pun mulai terlihat bangunan-bangunan baru bukti bahwa mereka sudah memulai kehidupan baru lagi. Dan tiba waktu Delisa bersama teman-temanya pergi ke bukit, beberapa kilometer dari kota Lho Nga untuk belajar bersama gurunya. Saat itupun Delisa pertama kalinya shalat dengan bacaan yang ia hafalkan, saat itu pulalah, akhirnya Delisa menemukan jasad Ummi nya yang sudah menjadi kerangka. Tangan kerangka putih itu menggengam erat sesuatu. Sesuatu yang paling Delisa inginkan. Membaca novel ini, mampu membawa kita terhanyut dalam alur majunya yang mengalir. Dengan adanya sub-bab, pembaca dibuat berdebar-debar dan penasaran untuk mengetahui akhir kisahnya. Dalam novel ini, Tere Liye masih memunculkan masyarakat memegang teguh nilai luhur agama yakni Islam dan budaya serta memberikan panutan, rujukan dalam setiap masalah yang dihadapi warga. Sehingga cerita di dalam novel ini mampu membawa kita kembali pada kondisi masyarakat zaman dulu yang masih sangat polos dan gaya hidup sederhana menjadi ciri khasnya. Cerita ini sesuai dengan realitas sosial pada waktu itu. Bahkan tokoh Delisa merupakan seseorang yang memang menjadi korban bencana gempa dan tsunami pada 12 Desember 2006 yang kala itu menimpa Indonesia. Namun, kejadian yang dialami tokoh utama oleh penulis terkesan terlalu dilebih-lebihkan. Misalnya mimpi-mimpi yang dialami tokoh Delisa dalam titik ketidaksadarannya. Tetapi Tere Liye berhasil mengungkapkan seluruh kisah khususnya peristiwa bencana besar tersebut ke dalam suatu kisah dengan bahasa yang mengalir juga menggunakan beberapa kosakata bahasa daerah setempat. Cerita dalam novel ini sangatlah menguras emosi saat membacanya. Ditambah dengan penokohan yang kuat dan terfokus akan membuat pembacanya semakin terkait dan terhanyut oleh ceritanya, dan yang lebih penting ialah hikmah dari kisah dalam novel ini dapat dipetik mengenai pentingnya manusia dan kemanusiaan. Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, novel ini sangat menarik untuk dibaca, bahkan walaupun sudah dibaca berkali-kali, kita tidak akan bosan untuk membacanya Hesti Putri, Herlis Agusti, Julianti, Nur Alam, dan Wahyudi. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
JAKARTA, - Hafalan Shalat Delisa merupakan film arahan sutradara Sony Gaokasak yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Tere Liye. Film yang dirilis pada 22 Desember 2011 ini berkisah tentang tragedi tsunami Aceh. Cerita film Hafalan Shalat Delisa berfokus pada kisah gadis kecil bernama Delisa Chantiq Schargerl.Ia bersama keluarganya tinggal di Lhok Nga, sebuah desa kecil yang berada di tepi pantai Aceh. Baca juga Kemarin, Film Dokumenter Perjalanan Seventeen dan Tragedi Tsunami Banten Ayahnya, Abi Usman Reza Rahadian, bekerja di sebuah kapal tanker perusahaan minyak ayahnya bekerja, Delisa menghabiskan waktunya bersama sang ibu Nirina Zubir serta ketiga kakaknya, Fatimah Ghina Salsabila dan si kembar Aisyah Reska Tania Apriadi dan Zahra Riska Tania Apriadi. Pada 26 Desember 2004, tepat sebelum tsunami menerjang, Delisa bersama ibunya sedang bersiap untuk ujian praktik shalat. Tiba-tiba, terjadi gempa sangat dahsyat dan membuat keluarga Delisa begitu ketakutan. Baca juga Sinopsis Get Married 2, Prahara Rumah Tangga Nirina Zubir dan Nino Fernandez Tak lama kemudian, tsunami datang dan memporak-porandakan desa kecilnya. Tubuh kecil Delisa bersama ratusan ribu warga lainnya hanyut terbawa arus entah ke mana.
0% found this document useful 0 votes375 views9 pagesDescription-Original TitleCopy of Resensi Novel Hafalan Sholat DelisaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes375 views9 pagesResensi Novel Hafalan Sholat DelisaOriginal TitleCopy of Resensi Novel Hafalan Sholat DelisaJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
resensi novel hafalan shalat delisa